.: Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang :.

28 Desember 2008

Raja dan Tukang Dayung


Pada jaman dahulu kala di negeri Mesir, hiduplah seorang raja yang bernama Raja Bintang. Ia amat adil dan bijaksana. Karenanya ia dijuluki Raja Adil Karunia Allah. Pada suatu hari Sang Raja ingin berjalan-jalan menyusuri sungai ke arah hilir. Ia mengajak dua orang penasihat istana yang bernama Udy dan Anhi. Mereka menaiki perahu yang didayung oleh dua pendayung istana yang amat kuat. Mereka bernama Abdul dan Komar.

Suasana di sekeliling sungai amatlah indah. Angin yang bertiup sepoi-sepoi membuat Sang Raja dan kedua penasihat istana tertidur. Meskipun juga mengantuk, kedua tukang dayung tidak berani berhenti mendayung, apalagi sampai tertidur. Mereka memperhatikan memperhatikan kedua penasihat istana. Mereka iri kepada kedua penasihat itu.

"Lihat itu, Dul," kata Komar. "Enak sekali Udy dan Anhi. "Ketika Raja tertidur, mereka ikut tidur."

"Iya," sahut Abdul. "Kita tidak bisa berhenti beristirahat karena harus tetap mendayung."

Komar mengangguk. "Padahal dulunya mereka itu teman kita juga. Sama-sama dari kampung. Mereka beruntung. Apa sih hebatnya mereka sehingga mereka diangkat jadi penasihat istana."

"Iya," sahut Abdul lagi. "Padahal lihatlah kita. Badan kita lebih kekar. Kita lebih tegap."

Tanpa sepengetahuan kedua tukang dayung itu, ternyata Sang Raja sudang terbangun sejak tadi dan pura-pura masih tidur ketika mendengar seluruh pembicaraan mereka. Ketika perahu mereka hampir sampai di hilir, terdengar suara ribut dari balik sebuah semak-semak di hutan. Sang Raja menyuruh kedua tukang dayung menepikan perahu. Setelah menepi, Sang Raja memanggil mereka.

"Kohar, Abdul," kata Raja, "coba kalian lihat ada apa ribut-ribut di sana."

Kedua tukang dayung itu mengangguk dan turun untuk memeriksa. Tak beberapa lama mereka kembali dan melaporkan apa yang mereka lihat, "Di balik semak-semak di sana ada anjing betina yang baru saja beranak, Paduka."

"O ya?" Alis Sang Raja terangkat. "Ada berapa anaknya?"

Kedua tukang dayung menggeleng. "Tidak tahu, Paduka," kata Komar.

"Coba kalian lihat sana," titah Sang Raja.

Kedua tukang dayung kembali ke hutan untuk memeriksa. Mereka kemudian kembali untuk memberikan laporan. "Anaknya ada enam, Paduka."

Sang Raja tersenyum. "Pasti lucu sekali," komentarnya. Kemudian Sang Raja bertanya, "Ada berapa anaknya yang jantan dan berapa yang betina?"

Kedua tukang dayung menggeleng untuk kedua kalinya. Kali ini Abdul yang menjawab, "Tidak tahu, Paduka."

"Coba kalian lihat lagi sana," titah Sang Raja.

Kedua tukang dayung kembali ke hutan untuk memeriksa. Mereka kemudian kembali untuk memberikan laporan. "Anaknya empat jantan dan dua betina, Paduka."

Sang Raja tersenyum dan membangunkan kedua penasihat istana. Ia berkata, "Aku mendengar suara ribut dari balik semak-semak di hutan itu. Coba kalian periksa ada apa."

Kedua penasihat istana mengangguk dan turun untuk memeriksa. Tak beberapa lama mereka kembali dan melaporkan apa yang mereka lihat, "Di balik semak-semak di sana ada anjing betina yang baru saja beranak, Paduka," kata Udy, "Anaknya ada enam."

"Anaknya empat jantan dan dua betina," sambung Anhi. "Dua jantan berwarna coklat, satu hitam dan satu putih. Yang betina masing-masing berwarna coklat dan putih."

Sang Raja tersenyum puas. Ia berpaling kepada kedua tukang dayung. "Kalian lihat?" tanyanya. "Sekarang apakah kalian masih bertanya kenapa kalian jadi tukang dayung?"

Kedua tukang dayung menggeleng. Semenjak itu mereka tidak lagi mempertanyakan hal itu dan berusaha untuk bekerja lebih giat.


HIKMAH:
Di dunia dan lingkungan yang baik, apa yang kita peroleh sebanding dengan kemampuan kita.


Diceritakan kembali oleh: Papa :)

0 komentar: